Langsung ke konten utama

makalah kimia organik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

               Ilmu farmasi adalah suatu disiplin ilmu kesehatan yang memepelajari tentang bagaimana cara membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Saat kita membuat, meracik  mempelajari sedian-sedian obat baik itu dalam bentuk pulvis, pulveres, kaspul, tablet, kaplet,galenika,salep dan lainnya kita juga membutuhkan disiplin ilmu lain yang memiliki korelasi yang erat dengan ilmu farmasi misalnya ilmu mikrobiologi, ilmu morfologi dan anatomi tumbuhan, anatomi dan fisiologi manusia, ilmu fisika, ilmu kimia dan ilmu lainnya. Setiap ilmu tersebut memiliki kontribusi tersendiri  dalam  bidang farmasi, misalnya ilmu kimia.
  Dalam farmasi kita juga mempelajari ilmu kimia secara bertahap mulai dari kimia dasar, kimia organik I, kimia organik II, dan kimia farmasi. Saat kita mempelajari kimia pasti kita akan mempelajari atom, molekul, unsur, ikatan dan senyawa. Atom merupakan unsur terkecil dari suatu materi yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Suatu atom bergabung dengan atom lainnya melalui ikatan kimia sehingga dapat membentuk senyawa, baik senyawa kovalen maupun senyawa ion..  Senyawa ion terbentuk melalui ikatan ion, yaitu ikatan yang terjadi antara ion positif [atom yang melepaskan elektron] dan ion negative [atom yang menangkap elektron]. Sedangkan senyawa kovalen terbentuk dari suatu ikatan kovalen yaitu  ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian elektron bersama oleh atom-atom pembentuk ikatan. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari unsur-unsur non logam.
  Dalam ilmu farmasi, sangat penting untuk mempelajari materi ini karena ini sangat berguna untuk mempelajari  respon biologis akibat interaksi molekul obat dengan gugus fungsional molekul reseptor. Interaksi ini dapat berlangsung karena kekuatan ikatan kimia tertentu. Tipe ikatan kimia yang terlibat dalam  interaksi obat reseptor antara lain adalah ikatan- ikatan kovalen, ion-ion yang saling memperkuat (reinforce ions), ion (elektrostatik), hidrogen, ion- dipol,dipol- dipol, van der waal’s, ikatan hidrofob, dan transfer  muatan. Untuk suatu tujuan tertentu, misal diinginkan efek berlangsung lama dan  ireversibel, seperti pada obat antibakteri dan antikanker, diperlukan ikatan yang lebih kuat yaitu ikatan kovalen.
              Berdasar atas pemaparan diatas maka sangatlah penting bagi seorang mahasiswa farmasi untuk mempelajari ilmu kimia dan yang termasuk didalamnya adalah ilmu mengenai ikatan kimia, senyawa kimia dan lain sebagainya, oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai ikatan kimia khususnya ikatan kovalen dan juga beberapa reaksi kimia yang terjadi dalam ikatan kimia tersebut.

1.2     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses  pembentukan ikatan kovalen ?
2.      Bagaimana proses berlangsungnya suatu reaksi kimia?
3.      Bagaiamana hubungan antar ikatan kimia, reaksi kimia dalam ilmu farmasi?

1.3     Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan proses pembentukan ikatan kovalen.
2.      Menjelaskan proses berlangsungnya suatu reaksi kimia.
3.      Menjelaskan hubungan antara ikatan kimia, reaksi kimia dalam ilmu farmasi.


1.4              Manfaat Penulisan
1.      Menjelaskan proses pembentukan ikatan kovalen.
2.      Menjelaskan proses berlangsungnya suatu reaksi kimia.
3.      Menjelaskan hubungan antara ikatan kimia, reaksi kimia dalam ilmu farmasi
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ikatan Kimia
2.1.1  Sejarah
     Sejarah kimia dan molekul
            Spekulasi awal dari sifat-sifat ikatan kimia yang berawal dari abad ke-12 mengganggap spesi kimiatertentu disatukan oleh sejenis afinitas kimia. Pada tahun 1704, Isaac Newton menggarisbesarkan teori ikatan atomnya pada "Query 31" buku Opticksnya dengan mengatakan atom-atom disatukan satu sama lain oleh "gaya" tertentu.
Pada tahun 1819, setelah penemuan tumpukan voltaJöns Jakob Berzelius mengembangkan sebuah teori kombinasi kimia yang menekankan sifat-sifat elektrogenativitas dan elektropositif dari atom-atom yang bergabung. Pada pertengahan abad ke-19 Edward Frankland, F.A. Kekule, A.S. Couper, A.M. Butlerov, dan Hermann Kolbe, beranjak pada teori radikal, mengembangkan teori valensi yang pada awalnya disebut "kekuatan penggabung". Teori ini mengatakan sebuah senyawa tergabung berdasarkan atraksi kutub positif dan kutub negatif. Pada tahun 1916, kimiawan Gilbert N. Lewis mengembangkan konsep ikatan elektron berpasangan. Konsep ini mengatakan dua atom dapat berkongsi satu sampai enam elektron, membentuk ikatan elektron tunggalikatan tunggalikatan rangkap dua, atau ikatan rangkap tiga. Dalam kata-kata Lewis sendiri:

            “An electron may form a part of the shell of two different atoms and cannot be said to belong to either one exclusively”

Pada tahun yang sama, Walther Kossel juga mengajukan sebuah teori yang mirip dengan teori Lewis, namun model teorinya mengasumsikan transfer elektron yang penuh antara atom-atom. Teori ini merupakan model ikatan polar. Baik Lewis dan Kossel membangun model ikatan mereka berdasarkan kaidah Abegg (1904).
            Pada tahun 1927, untuk pertama kalinya penjelasan matematika kuantum yang penuh atas ikatan kimia yang sederhana berhasil diturunkan oleh fisikawan Denmark Oyvind Burrau.  Hasil kerja ini menunjukkan bahwa pendekatan kuantum terhadap ikatan kimia dapat secara mendasar dan kuantitatif tepat. Namun metode ini tidak mampu dikembangkan lebih jauh untuk menjelaskan molekul yang memiliki lebih dari satu elektron. Pendekatan yang lebih praktis namun kurang kuantitatif dikembangkan pada tahun yang sama oleh Walter Heitler and Fritz London. Metode Heitler-London menjadi dasar dariteori ikatan valensi. Pada tahun 1929, metode orbital molekul kombinasi linear orbital atom (Bahasa Inggris: linear combination of atomic orbitals molecular orbital method), disingkat LCAO, diperkenalkan oleh Sir John Lennard-Jones yang bertujuan menurunkan struktur elektronik dari molekul F2 (fluorin) dan O2 (oksigen) berdasarkan prinsip-prinsip dasar kuantum. Teori orbital molekul ini mewakilkan ikatan kovalen sebagai orbital yang dibentuk oleh orbital-orbital atom mekanika kuantum Schrödinger yang telah dihipotesiskan untuk atom berelektron tunggal.
            Persamaan ikatan elektron pada multielektron tidak dapat diselesaikan secara analitik, namun dapat dilakukan pendekatan yang memberikan hasil dan prediksi yang secara kualitatif cukup baik. Kebanyakan perhitungan kuantitatif pada kimia kuantum modern menggunakan baik teori ikatan valensi maupun teori orbital molekul sebagai titik awal, walaupun pendekatan ketiga, teori fungsional rapatan (Bahasa Inggris: density functional theory), mulai mendapatkan perhatian yang lebih akhir-akhir ini.
            Pada tahun 1935, H. H. James dan A. S. Coolidge melakukan perhitungan pada molekul dihidrogen.Berbeda dengan perhitungan-perhitungan sebelumnya yang hanya menggunakan fungsi-fungsi jarak antara elektron dengan inti atom, mereka juga menggunakan fungsi yang secara eksplisit memperhitungkan jarak antara dua elektron. Dengan 13 parameter yang dapat diatur, mereka mendapatkan hasil yang sangat mendekati hasil yang didapatkan secara eksperimen dalam hal energi disosiasi. Perluasan selanjutnya menggunakan 54 parameter dan memberikan hasil yang sangat sesuai denganhasil eksperimen. Perhitungan ini meyakinkan komunitas sains bahwa teori kuantum dapat memberikan hasil yang sesuai dengan hasil eksperimen. Namun pendekatan ini tidak dapat memberikan gambaran fisik seperti yang terdapat pada teori ikatan valensi dan teori orbital molekul. Selain itu, ia juga sangat sulit diperluas untuk perhitungan molekul-molekul yang lebih besar.

  Sejarah Ikatan Kovalen

            Istilah bahasa Inggris "covalence" pertama kali digunakan pada tahun 1919 oleh Irving Langmuir di dalam artikel Journal of American Chemical Society yang berjudul The Arrangement of Electrons in Atoms and Molecules

(p.926)… we shall denote by the term covalence the number of pairs of electrons which a given atom shares with its neighbors.

            Gagasan ikatan kovalen dapat ditilik beberapa tahun sebelum 1920 oleh Gilbert N. Lewis yang pada tahun 1916 menjelaskan pembagian pasangan elektron di antara atom-atom. Dia memperkenalkan struktur Lewis atau notasi titik elektron atau struktur titik Lewis yang menggunakan titik-titik di sekitar simbol atom untuk mewakili elektron valensi terluar atom. Pasangan elektron yang berada di antara atom-atom mewakili ikatan kovalen. Pasangan berganda mewakili ikatan berganda, seperti ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga. Terdapat pula bentuk alternatif lainnya di mana ikatan diwakili sebuah garis.

            Konsep awal ikatan kovalen berawal dari gambar molekul metana sejenis ini. Ikatan kovalen tampak jelas pada struktur Lewis, mengindikasikan pembagian elektron-elektron di antara atom-atom. Ketika gagasan pembagian pasangan elektron memberikan gambaran kualitatif yang efektif akan ikatan kovalen, mekanika kuantum diperlukan untuk mengerti sifat-sifat ikatan seperti ini dan memprediksikan struktur dan sifat molekul sederhana. Walter Heitler dan Fritz London sering diberi kredit atas penjelasan mekanika kuantum pertama yang berhasil menjelaskan ikatan kimia, lebih khususnya ikatan molekul hidrogen pada tahun 1927.
            Hasil kerja mereka didasarkan pada model ikatan valensi yang berasumsi bahwa ikatan kimia terbentuk ketika terdapat tumpang tindih yang baik di antara orbital-orbital atom dari atom-atom yang terlibat. Orbital-orbital atom ini juga diketahui memiliki hubungan sudut spesifik satu sama lain, sehingga model ikatan valensi dapat memprediksikan sudut ikatan yang terlihat pada molekul sederhana dengan sangat baik.

2.1.2  Pengertian Ikatan Kimia
         Ikatan kimia adalah kekuatan menarik yang mampu menahan atau mengikat 2 atom secara bersama-sama. Electron-elektron valensi mengambil peranan ini. Suatu atom yang memperoleh electron akan menjadi anion, suatu ion bermuatan negative dan atom yang kehilangan electron menjadi kation, suatu ion bermuatan positif. Logam-logam cenderung kehilangan electron dan nonlogam cenderung menerima electron. Jika kation lebih kecil dibandingkan atomnya, maka anion-anion akan lebih besar dibanding atomnya.
         Energi yang diperlukan untuk memindahkan electron dari satu atom ke atom yang lain atau ke ion dalam fase gas disebut dengan energi ionisasi. Atom dapat  mempunyai serangkaian energi ionisasi, karena ada lebih dari 1 elektron yang dapat selalu dipindahkan, kecuali untuk hidrogen. Secara  umum, energi ionisasi akan meningkat dengan meningkatnya periode dalam tabel periodik, dan akan menurun dengan menurunnya golongan pada tabel periodik. Penambahan elektron lebih mudah dibanding dengan pengurangan elektron. Dibutuhkan energi yang sangat banyak untuk memindahkan elektron.
  Ikatan kimia dibagi dalam beberapa jenis yakni ikatan kovalen,  ikatan    hidrogen,  ikatan ionik.
1.      Ikatan ion, atau ikatan ionik
               adalah ikatan yang terjadi akibat hasil dari perpindahan satu atau lebih elektron antar atom, maka atom akan memperoleh satu atau lebih elektron valensi dan karenanya akan menjadi anion. Atom-atom yang kurang elektronegatif akan kehilangan satu atau lebih elektron valensi dan akan menjadi kation. Senyawa –senyawa ionik akan terbentuk karena tarikan muatan-muatan yang berlawanan ini. Jadi, ikatan-ikatan ionik tersusun atas tarikan elektrostatik antara ion-ion bermuatan positif dan negatif. Ikatan ionik pada umumnya terbentuk antara logam-logam yang reaktif, unsur-unsur yang bersifat elektropositif (pada sebelah kiri tabel periodik) dengan unsur-umsur non logam (pada sebelah kanan tabel periodik), perbedaan elektronegativitas yang lebih besar dari 2,0 bisanya disebut ikatan ion, sedangkan perbedaan yang lebih kecil dari 1,5 biasanya disebut ikatan kovalen. Ikatan ion menghasilkan ion-ion positif dan negatif yang berpisah. Muatan-muatan ion ini umumnya berkisar antara -3 sampai dengan +3.
2.      Ikatan hidrogen
               adalah ikatan yang terjadi akibat gaya tarik antara atom hidrogen yang yang terikat pada satu atom elektronegatif dari salah satu dengan molekul sauatu atom elektronegatif yang sama dalam satu molekul atau pada satu molekul yang berbeda. Ikatan hidrogen adalah tarikan gaya yang sangat kuat antara molekul-molekul yang sangat polar dalam mana hidrogen diikatkan secara kovalen kepada nitrogen, oksigen, fluor. Oleh karena itu, ikatan hidrogen merupakan jenis interaksi khusus antar 2 atom. Ikatan hidrogen dibentuk ketika ikatan kovalen polar yang melibatkan atom hidrogen, berikatan dengan atom elektronegatif seperti O dan N. gaya tarik ikatan hidrogen biasanya ditunjukan dengan garis-garis putus, dan jarang dengan garis penuh sebagai mana digunakan dalam ikatan kovalen.
3.      Ikatan kovalen
               adalah ikatan yang terjadi akibat hasil dari penggunaan elektron yang bersama-sama antra 2 atom dengan penerimaan dan pemberian elektron, suatu atom dapat mencapi kulit valensi yang terisi dengan penggunaan elektron secara bersama-sama. Pada makalah ini penulis lebih membahas mengenai ikatan kovalen.
                                       
         Pengertian Ikatan Kovalen
            Ikatan kovalen adalah ikatan yang ikatan yang terjadi akibat hasil dari penggunaan elektron yang bersama-sama antara 2 atom dengan penerimaan dan pemberian elektron, suatu atom dapat mencapi kulit valensi yang terisi dengan penggunaan elektron secara bersama-sama. Ikatan kovalen termasuk di dalamnya berbagai jenis ikatan, yaitu ikatan sigma, ikatan pi, ikatan logam-logam, interaksi agostik, dan ikatan tiga pusat dua elektron. 
            Seperti yang dibahas oleh teori ikatan valensi. Pada molekul H2, atom hidrogen berbagi dua elektron via ikatan kovalen. Kovalensi yang sangat kuat terjadi di antara atom-atom yang memiliki elektronegativitas yang mirip. Oleh karena itu, ikatan kovalen tidak seperlunya adalah ikatan antara dua atom yang berunsur sama, melainkan hanya pada elektronegativitas mereka. Oleh karena ikatan kovalen adalah saling berbagi elektron, maka elektron-elektron tersebut perlu ter-delokalisasi. Lebih jauh lagi, berbeda dengan interaksi elektrostatik ("ikatan ion"), kekuatan ikatan kovalen bergantung pada relasi sudut antara atom-atom pada molekul poliatomik.
            Ikatan kovalen yaitu ikatan yang perbedaan elektronegativitas (negatif dan positif) di antara atom-atom yang berikat sangatlah kecil atau hampir tidak ada. Ikatan-ikatan yang terdapat pada kebanyakan senyawa organik dapat dikatakan sebagai ikatan kovalen.
            Ikatan  kovalen  dapat  terjadi  karena  adanya  penggunaan elektron secara bersama. Apabila ikatan kovalen terjadi maka kedua  atom  yang  berikatan  tertarik  pada  pasangan  elektron  yang  sama.  Molekul hidrogen H2 merupakan contoh pembentukan ikatan kovalen.
           Pembentukan ikatan kovalen atom-atom hidogen Masing masing  atom  hidrogen  mempunyai  1  elektron  dan untuk mencapai konfigurasi oktet yang stabil seperti unsur golongan  gas mulia maka masing-masing atom hidrogen memerlukan tambahan 1 elektron. Tambahan 1 elektron untuk masing-masing atom hidrogen tidak  mungkin  didapat  dengan  proses  serah  terima  elektron  karena keelekronegatifan yang sama. Sehingga konfigurasi oktet yang stabil dpat  dicapai  dengan  pemakaian  elektron  secara  bersama.  Proses pemakaian  elektron  secara  bersama  terjadi  dengan  penyumbangan masing-masing 1 elektron ari atom hidrogen untuk menjadi pasangan elektron milik bersama. Pasangan elektron bersama ditarik oleh kedua inti atom hidrogen yang berikatan.

Pembentukan Ikatan Kovalen
           Ikatan  kovalen  biasanya terjadi  antar  unsur  nonlogam  yakni antar unsur yang mempunyai keelektronegatifan relatif besar. Ikatan kovalen  juga  terbentuk  karena  proses  serah  terima  elektron  tidak mungkin   terjadi.   Hidrogen   klorida   (HCl) merupakan   contoh   lazim pembentukan  ikatan  kovalen  dari  atom  hidrogen  dan  atom  klorin. Hidrogen   dan   klorin  merupakan   unsur   nonlogam   dengan  harga keelektronegatifan  masing-masing  2,1  dan  3,0.  Konfigurasi  elektron atom hidrogen dan atom klorin adalah
                                            H          : 1
                                            Cl         : 2        8   7

Berdasarkan aturan oktet yang telah diketahui maka atom hidrogen kekurangan 1 elektron dan atom klorin memerlukan 1 elektron untuk membentuk bedasarkan konfigurasi stabil golongan gas mulia. Apabila dilihat dari segi keelektronegatifan, klorin mempunyai harga, keelektronegatifan yang  lebih  besar  dari  hidrogen  tetapi  hal  ini  tidak  serta  merta membuat klorin mampu menarik elektron hidrogen karena hidrogen juga   mempunyai   harga keelektronegatifan   yang   tidak   kecil. Konfigurasi   stabil   dapat   tercapai   dengan   pemakaian   elektron bersama.   Atom hidrogen dan atom klorin    masing-masing menyumbangkan satu elektron untuk membentuk pasangan elektron milik bersama.


2.1.2 Sifat- Sifat  Senyawa Kovalen
1.   Titik didih
           Titik didih senyawa kovalen relatif rendah, Kebanyakan senyawa kovalen mendidih dibawah 200oC. Senyawa kovalen pada suhu kamar, ada yang  berupa padatan dengan titik leleh yang relatif rendah, ada yang berupa cairan, ada pula yang berupa gas.
           Titik didih berkaitan dengan gaya tarik-menarik antar partikel (disebut juga kohesi), makin kuat kohesi, makin tinggi titik didih. Air (titik didih 100oC) adalah suatu senyawa kovalen. Atom-atom dalam mlekul air terikat kuat secara kovalen, tetapi ikatan antarmolekul (kohesinya) tidak begitu kuat, sehingga air relatif mudah mendidih.
UKURAN KUANTITATIF TITIK DIDIH SENYAWA KOVALEN
1.      Senyawa polar titik didihnya lebih tinggi daripada senyawa non polar
Urutan titik didih, ikatan hidrogen > dipol-dipol > non polar-non polar atau ikatan hidrogen > Van der Waals > gaya london
2.      Bila sama-sama polar/non polar, yang Mr besar titik didihnya lebih besar
3.      Untuk senyawa karbon Mr sama, rantai C memanjang titik didih > rantai bercabang
2.       Kemudahan Menguap (Volatilitas)
           Zat yang mudah menguap, seperti alkohol, cuka, parfum, minyak cengkeh, dan bensin, kita sebut volatil atau atsiri. Zat-zat yang volatil adalah senyawa kovalen dengan titik didih rendah, sehingga pada suhu kamar sudah cukup banyak yang menguap (ingat! menguap berbeda dari mendidih; mendidih adalah perubahan cairan menjadi gas pada titik didihnya; menguap adalah perubahan pedatan atau cairan atau cairan menjadi uap, tidak harus pada titik didihnya).
3.      Kelarutan
           Kebanyakan senyawa kovalen tidak larut dalam air, mereka lebih mudah larut dalam pelarut organik misalnya dalam pelarut trikoroetena.


4.      Daya hantar listrik
           Senyawa kovalen tidak menghantarkan listrik baik dalam bentuk padat maupun lelehan. Beberapa senyawa kovalen dapat menghantarkan jika dilarutkan dalam air.
Berikut ini adalah perbandingan sifat fisika senyawa ion dengan senyawa kovalen.
SENYAWA ION
SENYAWA KOVALEN
1.   Mempunyai titik leleh yang tinggi
2.   Mempunyai titik didih yang tinggi
3.   Lelehan dan larutannya dapat menghantarkan listrik
4.   Semuanya berwujud padat pada suhu kamar (25, 1 atm)
1.   Mempunyai titik leleh yang rendah
2.   mempunyai titik didih yang rendah
3.   Lelehannya tidak dapat menghantarkan listrik
4.   Pada suhu kamar, berwujud padat, cair dan gas


2.1.3 Macam-Macam Ikatan Kovalen

                Ikatan kovalen adalah ikatan dua atom atau lebih berdasarkan pemakaian bersama pasangan elektron yang bisa berasal dari satu atau masing-masing atom. Ikatan kovalen ada beberapa macam antara lain:


A.    Ikatan Kovalen berdasarkan Jumlah Pasangan Elektron

Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama-sama dalam satu ikatan, ikatan kovalen dibedakan menjadi
         1. Ikatan Kovalen Tunggal
Merupakan ikatan kovalen dengan jumlah pasangan elektron yang digunakan bersaam berjumlah satu pasang. Contohnya ikatan pada beberapa senyawa diatomik dari unsur golongan 7 seperti Cl2, Br2, dan F2. Berikut mekanisme pembentukan ikatan kovalen tunggal pada Cl2                       
2. Ikatan Kovalen Rangkap Dua
         Jika kovalen tunggal jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama adalah sepasang (2 buah elektron), dalam ikatan kovalen rangkap dua ada dua pasang (4 buah) elektron yang digunakan bersama. Contohnya pada senyawa oksigen (O2)
                                                                                                                                                     

3. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
           Pada ikatan kovalen rangkap tiga  jumlah pasangan elektron yang digunakan jawabannya adalah 3 pasang (6 buah elektron). Contohnya pada pembentukan senyawa diatomik dari N2.


B. Ikatan Kovalen Berdasarkan Kepolarannya

1. Ikatan Kovalen Polar
           Ikatan kovalen polar terjadi apabila pasangan elektron yang digunakan bersama mengutub pada salah satu atom atau gugus atom. jika dua atom nonlogam yang berbeda keelektronegatifannya berikatan, maka pasangan electron ikatan akan lebih tertarik ke atom yang lebih elektronegatif. Molekul yang terbentuk dinamakan molekul senyawa kovalen polar (mempunyai kutub listrik), misalnya pada senyawa HCl terbentuk dua kutub, yaitu sebagai berikut:

ä+ ä-
H – Cl   (kovalen polar)

Sebaliknya, jika yang berikatan dua atom yang mempunyai keelektronegatifan sama, maka molekul yang terbentuk merupakan molekul senyawa kovalen nonpolar; misalnya molekul O2 (O-O).
Apa sebabnya elektron tersebut mengutub? hal ini karena terjadi perbedaan elektronegativitas (kecenderungan suatu atom menarik elektron) yang cukup besar antara atom-atom yang berikatan. Karena elektron mengutub makan terbentuklah momen dipol ada sisi yang positif dan ada bagian lain yang negatif.
Pada ikatan kovalen polar, pasangan elektron akan cenderung mendekati atom yang memiliki keelektronegatifan yang lebih tinggi. Akibat sifat keelektronegatifan suatu unsur akan semakin besar dalam satu periode dari kiri ke kanan dan semakin kecil dalam satu golongan dari atas ke bawah.
Contoh :
 ikatan kovalen polar adalah asam klorida (HCl). Atom H  memiliki kelektronegatifan H = 2,1 sedangkan Klorin memiliki keelektronegatifan Cl = 3,0.  Ini akan menyebabkan pasangan elektron lebih dekat ke arah atom Cl sehingga Cl cenderung negatif dan H cenderung positif (terbentuk momen dipol yang tidak saling meniadakan). Adanya sifat polar ini menyebabkan senyawa kovalen polar ketika larut dalam air akan mengandung (bukan terurai) ion-ion membentuk larutan elektrolit lemah yang dapat menghantarkan listrik dengan baik.
                    Ciri-ciri senyawa polar :
·                     dapat larut dalam air dan pelarut polar lain
·                     memiliki kutub + dan kutub - , akibat tidak   meratanya        distribusi elektron
·                     memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk           molekul diketahui) atau             memiliki perbedaan     keelektronegatifan
Contoh : alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5 NH3, HBr, SO3, Cl2O5

2. Ikatan Kovalen Non Polar
           Ikatan kovalen non polar dapat terjadi pada senyawa diatomik, senyawa yang bentuk molekulnya simetris seperti senyawa metan (CH4) dimana satu atom diikat oleh beberapa atom sejenis sehingga terjadi keseimbangan keelektronegtifan dan pasangan elektron tidak mengutub ke satu atom.      Perbedaan ikatan kovalen polar dari senyawa diatomik dan senyawa dengan struktur simetris adalah keberadaan momen dipol. Pada molekul unsur diatomik seperti O2, tidak pernah terjadi momen dipol karena keelektronegatifannya sama. Pada CH4, sebenarnya terjadi momen dipol (meskipun kecil) antara C-H akan tetapi momen dipol tersebut saling meniadakan sehingga resultannya = 0.



Ciri-ciri senyawa non polar :
·                  tidak larut dalam air dan pelarut polar lain
·                  Tidak memiliki kutub + dan kutub - , akibat meratanya         distribusi         elektron
·                  Tidak memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk            molekul diketahui) atau  keelektronegatifannya sama
Contoh : PCl5, F2, Cl2, Br2, I2, O2, H2, N2, CH4, SF6, PCl5, BCl3
  

3. Ikatan Kovalen Koordinasi

           Jenis ikatan kovalen ini sering disebut ikatan kovalen semi polar, adalah ikatan kovalen yang terbentuk apabila elektron yang digunakan bersama tidak berasa dari masing-masing atom yang berikatan melainkan dari hanya salah satu atom. Disebut kovalen semi polar karena pasangan elektron yang digunakan bersama hanya berasal dari satu atom maka elektron akan cendrung tertarik ke arah atom yang memiliki elektron tersebut dibandingkan dengan atom yang hanya memakainya. Elektron akan cenderung mengutub ke arah atom yang punya elektron sehingga terbentuk ikatan semipolar. Selain dinamakan ikatan semipolar, ikatan kovalen koordinasi juga disebut ikatan dativ, jika dilihat dari asal katanya dativ (bahasa jerman) berarti pelengkap, mungkin ini berkaitan dengan ikatan kovalen koordinasi dimana ada atom yang sebagai pelengkap saja dan tidak berkontribusi menyumbangkan elektron untuk dipakai bersama. Susunan ikatan kovalen koordinat sepintas mirip dengan ikatan ion, namun kedua ikatan ini berbeda oleh karena beda keelektronegatifan yang kecil pada ikatan kovalen koordinat sehingga menghasilkan ikatan yang cenderung mirip kovalen.

Syarat-syarat terbentuknya ikatan kovalen koordinat:
-       Salah satu atom memiliki pasangan elektron bebas
-       Atom yang lainnya memiliki orbital kosong
         
Contoh:
Ikatan kovalen pada molekul Sulfur trioksida (SO3). Jika melihat konfigurasi elektron dari atom sulfur (belerang) [2, 8, 6] ia memiliki 6 elektron dan hanya membutuhkan tambahan 2 elektron. Tapi dalam senyawa SO3 ada 3 ikatan kovalen rangkap. Otomatis hanya ada 1 ikatan kovalen biasa dan selebihnya hanya ikatan kovalen koordinasi.

Perhatikan ilustrasi di bawah ini

       Cara lain untuk membedakan kepolaran dari suatu ikatan kovalen
1.      Jika senyawa kovalen mempunyai momen dipole besar berarti senyawanya sangat polar. Sebaliknya jika momen dipole nol berarti senyawanya nonpolar.
2.      Untuk melihat kepolaran senyawa yang terdiri atas lebih dua atom (poliatom) sebelumnya dapat kita lihat apakah senyawa ini simetris atau tidak. Senyawa yang berbentuk molekul simetris mempunyai momen dipole nol, berarti senyawa nonpolar. Sebaliknya, senyawa yang berbentuk tidak simetris mempunyai momen dipole dari beberapa senyawa sehingga bersifat polar.
3.      Untuk melihat kepolaran senyawa yang tediri dari dua atom (diatomic), selain mengacu pada harga momen dipole dapat pila ditentukan dari perbedaan keelektronegatifan antara dua atom tersebut. Makin besar perbedaan keelektronegatifan, makin polar senyawanya dan sebaliknya makin kecil perbedaan keelektronegatifan suatu senyawa maka senyawa tersebut bersifat non polar.



2.2 Reaksi Kimia
2.2.1 Sejarah Reaksi Kimia
                 Reaksi kimia seperti pembakaran, fermentasi, dan reduksi dari bijih menjadi logam sudah diketahui sejak dahulu kala. Teori-teori awal transformasi dari material-material ini dikembangkan oleh filsuf Yunani Kuno, seperti Teori empat elemen dari Empedocles yang menyatakan bahwa substansi apapun itu tersusun dari 4 elemen dasar: api, air, udara, dan bumi. Pada abad pertengahan, transformasi kimia dipelajari oleh para alkemis. Mereka mencoba, misalnya, mengubah timbal menjadi emas, dengan mereaksikan timbal dengan campuran tembaga-timbal dengan sulfur.
                 Produksi dari senyawa-senyawa kimia yang tidak terdapat secara alami di bumi telah lama dicoba oleh para ilmuwan, seperti sintesis dari asam sulfat dan asam nitrat oleh alkemis Jābir ibn Hayyān. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan mineral-mineral sulfat dan nitrat, seperti tembaga sulfat, alum dan kalium nitrat. Pada abad ke-17, Johann Rudolph Glauber memproduksi asam klorida dan natrium sulfat dengan mereaksikan asam sulfat dengan natrium klorida. Dengan adanya pengembangan lead chamber process pada tahun 1746 dan proses Leblanc, sehingga memungkinkan adanya produksi asam sulfat dan natrium karbonat dalam jumlah besar, maka reaksi kimia dapat diaplikasikan dalam industri. Teknologi asam sulfat yang semakin maju akhirnya menghasilkan proses kontak pada tahun 1880-an, dan proses Haber dikembangkan pada tahun 1909–1910 untuk sintesis amonia.
                 Dari abad ke-16, sejumlah peneliti seperti Jan Baptist van Helmont, Robert Boyle dan Isaac Newton mencoba untuk menemukan teori-teori dari transformasi-transformasi kimia yang sudah dieksperimenkan. Teori plogiston dicetuskan pada tahun 1667 oleh Johann Joachim Becher. Teori itu mempostulatkan adanya elemen seperti api yang disebut "plogiston", yang terdapat dalam benda-benda yang dapat terbakar dan dilepaskan selama pembakaran. Teori ini dibuktikan salah pada tahun 1785 oleh Antoine Lavoisier, yang akhirnya memberikan penjelasan yang benar tentang pembakaran.
                 Pada tahun 1808, Joseph Louis Gay-Lussac akhirnya mengetahui bahwa karakteristik gas selalu sama. Berdasarkan hal ini dan teori atom dari John Dalton, Joseph Proust akhrinya mengembangkan hukum perbandingan tetap yang nantinya menjadi konsep awal dari stoikiometri dan persamaan reaksi.
                 Pada bagian kimia organik, telah lama dipercaya bahwa senyawa yang terdapat pada organisme yang hidup itu terlalu kompleks untuk bisa didapatkan melalui sintesis kimia. Menurut konsep vitalisme, senyawa organik dilengkapi dengan "kemampuan vital" sehingga "berbeda" dari material-material inorganik. Tapi pada akhirnya, konsep ini pun berhasil dipatahkan setelah Friedrich Wöhler berhasil mensintesis urea pada tahun 1828. Kimiawan lainnya yang memiliki kontribusi terhadap ilmu kimia organik di antaranya Alexander William Williamson dengan sintesis eter yang dilakukannya dan Christopher Kelk Ingold yang menemukan mekanisme dari reaksi substitusi.
2.2.1 Pengertian Reaksi Kimia
            Reaksi kimia adalah transformasi/perubahan dalam struktur molekul atau perubahan ireversibel dalam komposisi awal zat untuk membentuk produk kimia yang sama sekali berbeda Reaksi ini bisa menghasilkan penggabungan molekul membentuk molekul yang lebih besar, pembelahan molekul menjadi dua atau lebih molekul yang lebih kecil, atau penataulangan atom-atom dalam molekul. Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk atau terputusnya ikatan kimia. Reaksi kimia merupakan suatu proses alam yang selalu menghasilkan antarubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan.
            Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia,    
2.2.2 Pengelompokan Reaksi Kimia
Beragamnya reaksi-reaksi kimia dan pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam mempelajarinya mengakibatkan banyaknya cara untuk mengklasifikasikan reaksi-reaksi tersebut, yang sering kali tumpang tindih. Di bawah ini adalah contoh-contoh klasifikasi reaksi kimia yang biasanya digunakan.
1.      Sintesis
            Dalam reaksi kombinasi langsung atau sintesis, dua atau lebih senyawa sederhana bergabung membentuk senyawa baru yang lebih kompleks. Dua reaktan atau lebih yang bereaksi menghasilkan satu produk juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui kalau itu reaksi sintesis.
·         Contoh dari reaksi ini adalah gas hidrogen bergabung dengan gas oksigen yang hasilnya adalah air.
·         Contoh lainnya adalah gas nitrogen bergabung dengan gas hidrogen akan membentuk amoniak, dengan persamaan reaksi:
                                                N2 + 3 H2 → 2 NH3
2.      Dekomposisisi
            Reaksi dekomposisi atau analisis adalah kebalikan dari reaksi sintesis. Sebuah senyawa yang lebih kompleks akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana
·         Contohnya adalah molekul air yang dipecah menjadi gas oksigen dan gas hidrogen, dengan persamaan reaksi:
                                                2 H2O → 2 H2 + O2
3.      Penggantian tunggal
            Dalam reaksi penggantian tunggal atau substitusi, sebuah elemen tunggal menggantikan elemen tunggal lainnya di suatu senyawa. Contohnya adalah logam natrium yang bereaksi dengan asam klorida akan menghasilkan natrium klorida atau garam dapur, dengan persamaaan reaksi:
                                                2 Na(s) + 2 HCl(aq) → 2 NaCl(aq) + H2(g)
4.      Penggantian ganda
            Dalam reaksi penggantian ganda, dua senyawa saling berganti ion atau ikatan untuk membentuk senyawa baru yang berbeda. Hal ini terjadi ketika kation dan anion dari 2 senyawa yang berbeda saling berpindah tempat, dan membentuk 2 senyawa baru. Rumus umum dari reaksi ini adalah:
                                                            AB + CD → AD + CB
·         Contoh dari reaksi penggantian ganda adalah timbal(II) nitrat bereaksi dengan kalium iodida untuk membentuk timbal(II) iodida dan kalium nitrat, dengan persamaan reaksi:
                                    Pb(NO3)2 + 2 KI → PbI2 + 2 KNO3
·         Contoh lainnya adalah natrium klorida (garam dapur) bereaksi dengan perak nitrat membentuk natrium nitrat dan perak klorida, dengan persamaan reaksi:
                                    NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)
5.      Oksidasi dan reduksi
            Reaksi redoks dapat dipahami sebagai transfer elektron dari salah satu senyawa (disebut reduktor) ke senyawa lainnya (disebut oksidator). Dalam proses ini, senyawa yang satu akan teroksidasi dan senyawa lainnya akan tereduksi, oleh karena itu disebut redoks. Oksidasi sendiri dimengerti sebagai kenaikan bilangan oksidasi, dan reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi. Dalam prakteknya, transfer dari elektron ini akan selalu mengubah bilangan oksidasinya.
·         Contoh reaksi redoks adalah: 2 S2O2−3(aq) + I2(aq) → S4O62−(aq) + 2 I(aq) Yang mana I2 direduksi menjadi I dan S2O2−3 (anion tiosulfat) dioksidasi menjadi S4O62−

6.      Reaksi asam-basa
            Reaksi asam-basa adalah reaksi yang mendonorkan proton dari sebuah molekul asam ke molekul basa. Disini, asam berperan sebagai donor proton dan basa berperan sebagai akseptor proton.Hasil dari transfer proton ini adalah asam konjugasi dan basa konjugasi. Sebuah reaksi yang khusus dari reaksi asam-basa adalah netralisasi di mana asam dan basa dalam jumlah yang sama akan membentuk garam yang sifatnya netral.
            Reaksi asam basa memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep asam basa yang digunakan. Beberapa definisi yang paling umum adalah:
·         Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion H3O+; basa berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
·         Definisi Brønsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+) donors; basa adalah penerima (akseptor) proton. Melingkupi definisi Arrhenius
·         Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa adalah pendonor pasangan elektron. Definisi ini melingkupi definisi Brønsted-Lowry.

7.      Presipitasi
            Presipitasi adalah proses reaksi terbentuknya padatan (endapan) di dalam sebuah larutan sebagai hasil dari reaksi kimia. Presipitasi ini biasanya terbentuk ketika konsentrasi ion yang larut telah mencapai batas kelarutan dan hasilnya adalah membentuk garam. Reaksi ini dapat dipercepat dengan menambahkan agen presipitasi atau mengurangi pelarutnya. Reaksi presipitasi yang cepat akan menghasilkan residu mikrokristalin dan proses yang lambat akan menghasilkan kristal tunggal. Kristal tunggal juga dapat diperoleh dari rekristalisasi dari garam mikrokristalin.
8.      Reaksi pada zat padat
           Reaksi dapat terjadi di antara dua benda padat. Meski begitu, karena tingkat difusi pada zat padat sangat rendah, maka reaksi kimia yang berlangsung terjadi sangat lambat. Reaksi dapat dipercepat dengan cara meningkatkan suhu sehingga akan memecah reaktan, sehingga luas permukaan kontak menjadi lebih besar.
9.      Reaksi fotokimia
            Dalam reaksi fotokimia, atom dan molekul akan menyerap energi (foton) dari cahaya dan mengubahnya ke eksitasi. Atom dan molekul ini lalu dapat melepaskan energi dengan memecahkan ikatan kimia, maka menghasilkan radikal. Reaksi ang termasuk ke dalam reaksi fotokimia di antaranya reaksi hidrogen-oksigen, polimerisasi radikal, reaksi berantai dan reaksi penataan ulang.
3O2 + sinar matahari 2O3
6 CO2 + 6 H2O + Energi Cahaya C6H12O6 + 6 O2

10.  Reaksi Pembakaran
            Sebuah hidrokarbon terbakar di hadapan oksigen untuk membentuk karbon dioksida (dalam pembakaran sempurna), atau karbon monoksida (dalam pembakaran parsial karena jumlah oksigen terbatas). Pembakaran merupakan reaksi eksotermik yang menghasilkan panas dan juga dapat menghasilkan cahaya dalam bentuk api atau cahaya. Pembakaran propana dan asam asetat menghasilkan air dan melepaskan karbon dioksida.
C3H8 + 5O2  3CO2 + 4H2O
CH3COOH + 2O2  2CO2 + 2H2O

·                     Reaksi-reaksi senyawa organik digolongkan dalam beberapa tipe, yaitu:
1. Reaksi substitusi
    a. Reaksi substitusi nukleofilik
    b. Reaksi substitusi elektrofilik
2. Reaksi adisi
3. Reaksi eliminasi
4. Reaksi oksidasi 

·                     Aspek-aspek dasar dalam reaksi senyawa organic
Nukleofil dan elektrofil
Pada proses heterolisis akan terjadi nukleofil dan elektrofil.
a. Nukleofil adalah spesies (atom / ion/ molekul) yang kaya elektron, sehingga dia tidak
suka akan elektron tetapi suka akan nukleus (inti yang kekurangan elektron).
Contoh :
                       
b. Elektrofil adalah spesies (atom / ion / molekul) yang kekurangan elektron, sehingga ia suka akan elektron. Contoh :
          
Menurut konsep asam basa Lewis nukleofil adalah suatu basa, sedangkan elektrofil adalah suatu asam. Reaksi senyawa karbon pada dasarnya adalah reaksi antara suatu nukleofil dengan suatu elektrofil.
 Reaksi-reaksi Organik
1.Reaksi Substitusi
            Merupakan reaksi yang melibatkan penggantian atom/gugus atom pada molekul dengan atom/gugus atom lainnya. Reaksi substitusi umumnya terjadi pada senyawa jenuh (tunggal) tanpa terjadi perubahan ikatan karakteristik (tetap jenuh)
A + B – C –> A – C + B
Reaksi substitusi terjadi apabila sebuah atom atau gugus yang berasal dari pereaksi menggantikan sebuah atom atau gugus dari molekul yang bereaksi.
           
a. Reaksi substitusi nukleofilik
Pada reaksi substitusi nukleofilik atom/ gugus yang diganti mempunyai
elektronegativitas lebih besar dari atom C, dan atom/gugus pengganti adalah suatu nukleofil, baik nukleofil netral atau nukleofil yang bermuatan negatif.
    
b. Reaksi substitusi elektrofilik
Benzena memiliki rumus molekul C6H6, dari rumus molekul tersebut benzena termasuk golongan senyawa hidrokarbon tidak jenuh. Namun ternyata benzena mempunyai sifat kimia yang berbeda dengan senyawa hidrokarbon tidak jenuh. Beberapa perbedaan sifat benzena dengan senyawa hidrokarbon tidak jenuh adalah diantaranya bahwa benzena tidak mengalami reaksi adisi melainkan mengalami reaksi substitusi. Pada umumnya reaksi yang terjadi terhadap molekul benzena adalah reaksi substitusi elektrofilik, hal ini disebabkan karena benzena merupakan molekul yang kaya electron.
            Ada 4 macam reaksi substitusi elektrofilik terhadap senyawa aromatik,yaitu :
Reaksi substitusi amino
Reaksi substitusi amino
gugus amino (NH2) pengganti klorin dari asetil klorida untuk membentuk asetamida.
Reaksi subsitusi klorin
Klorin pengganti hidrogen dalam metana untuk membentuk klorometana.
Contoh reaksi substitusi:
Reaksi pembentukan haloalkana: reaksi alkana dengan halogen
R – H + X2 –> R – X + H – X


Contoh:
CH3 – H + Cl2 –> CH3 – Cl + HCl

Reaksi substitusi atom H pada alkohol dengan logam reaktif (Na, K)
atom H pada gugus – OH dapat disubstitusi oleh logam reaktif seperti Na dan K
R – OH + Na –> R – ONa + H2
Contoh:
2 C2H5 – OH + 2 Na –> 2 C2H5 – ONa + H2
 
Reaksi alkoksi alkana (eter) dengan PCl5 menghasilkan haloalkana
R – O – R’ + PCl5 –> R – Cl + R’ – Cl + POCl3
Contoh:
CH3 – O – CH3 + PCl5 –> CH3Cl + CH3Cl +POCl3

Reaksi esterifikasi: reaksi pembentukan ester dari alkohol dan asam karboksilat
R – OH + R’ – COOH –> R’ – COOR + H – OH
Contoh
CH3 – OH + CH3 – COOH –> CH3 – COOCH3 + H2O
           
2.Reaksi Adisi
Reaksi adisi terjadi pada senyawa tak jenuh(senyawa yang mengandung ikatan ganda atau ikatan rangkap tiga antara atom). Reaksi adisi juga dapat diartikan sebagai reaksi pemutusan ikatan rangkap (tak jenuh) menjadi ikatan tunggal (jenuh).

Molekul tak jenuh dapat menerima tambahan atom atau gugus dari suatu pereaksi. Dua contoh pereaksi yang mengadisi pada ikatan rangkap adalah brom dan hidrogen. Reaksi ini kebanyakan melibatkan senyawa tak jenuh seperti alkena, alkuna atau keton. Reaksi adisi disebut juga reaksi samping atau  reaksi jenuh karena atom karbon jenuh terpasang dengan jumlah maksimum kelompok. Hal ini dilakukan dengan memecah ikatan dua atau tiga di antara atom untuk mengakomodasi atom tambahan atau kelompok atom dalam molekul.
Reaksi adisi secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
                
Contoh :1. 
2. Reaksi adisi bromin
         
bromin menambah etilen untuk membentuk 1,2-Dibromoethane. Adisi brom biasanya merupakan reaksi cepat, dan sering dipakai sebagai uji kualitatif untuk mengidentifikasi ikatan rangkap dua atau rangkap tiga.

3. Reaksi adisi asam sianida
Demikian pula, hidrogen sianida menambah etanal untuk membentuk 2-hydroksipropannitril.

4. Reaksi adisi H2 pada alkena membentuk alkana
H2C = CH2 + H2 –> H3C – CH3

5. Reaksi adisi H2 pada alkanal membentuk alkohol primer
Ikatan rangkap C = O pada alkanal bereaksi dengan H2 untuk menghasilkan alkohol primer.

Disebut juga dengan reaksi reduksi karena terjadi penurunan bilangan oksidasi C
6. Reaksi adisi H2 pada keton/alkanon menghasilkan alkohol sekunder
Ikatan rangkap C = O pada alkanon/keton bereaksi dengan H2 untuk menghasilkan alkohol sekunder.
7. Reduksi H2O pada asam karboksilat menghasilkan suatu alkohol sekunder
Ikatan rangkap C = O pada asam karboksilat akan terbuka akibat penambahan reduktor kuat untuk menghasilkan alkohol primer

3.Reaksi Eliminasi
            Reaksi eliminasi adalah kebalikan dari reaksi adisi. Dalam reaksi ini terjadi penghilangan 2 atom atau gugus untuk membentuk ikatan rangkap atau struktur siklis. Kebanyakan reaksi eliminasi menyangkut kehilangan atom bukan karbon. Reaksi eliminasi melibatkan penghapusan atom atau kelompok atom dari molekul. Ini adalah proses di mana senyawa jenuh akan dikonversi ke senyawa tak jenuh. Hal ini dilakukan biasanya melalui aksi asam, basa, logam atau panas.

Reaksi eliminasi secara umum
Jenis reaksi eliminasi
·         Dehidrohalogenasi:– penghapusan hidrogen dan halogen, contoh dehidrohalogenasi bromoetana untuk membentuk etilen.

·         Dehidrasi: – meninggalkan molekul air dimana air dihilangkan dari sikloheksanol untuk membentuk sikloheksen di hadapan asam kuat, H2SO4

·         Dehidrogenasi: – penghapusan hidrogen
                                                       
4.Reaksi Oksidasi
Suatu senyawa alkana yang bereaksi dengan oksigen menghasilkan karbon dioksida dan air disebut dengan reaksi pembakaran. Perhatikan persamaan reaksi oksidasi pada senyawa hidrokarbon berikut.
CH4(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g)

Reaksi pembakaran tersebut, pada dasarnya merupakan reaksi oksidasi. Pada senyawa metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) mengandung satu atom karbon. Kedua senyawa tersebut harus memiliki bilangan oksidasi nol maka bilangan oksidasi atom karbon pada senyawa metana adalah –4, sedangkan bilangan oksidasi atom karbon pada senyawa karbon dioksida adalah +4. Bilangan oksidasi atom C pada senyawa karbon dioksida meningkat (mengalami oksidasi), sedangkan bilangan oksidasi atom C pada senyawa metana menurun.
Contoh reaksi oksidasi:

1.      Reaksi oksidasi alkohol primer, sekunder, dan tersier
Alkohol primer, sekunder, dan tersier memberikan reaksi berbeda terhadap oksidator seperti K2Cr2O7, KMnO4, dan O2.
2.      Reaksi oksidasi pada alkoksi alkana (eter)
Alkoksi alkana bereaksi dengan O2 membentuk senyawa hidroperoksida

3.      Reaksi oksidasi pada alkanal/aldehid
Reaksi oksidasi alkanal digunakan sebagai reaksi identifikasi antara alkanal/aldehid dengan alkanon/keton. Simak informasi lengkapnya

4.      Reaksi oksidasi alkanon/keton
Alkanon tidak dapat mereduksi oksidator lemah seperti larutan fehling dan larutan tollens. Sifat ini, digunakan untuk membedakan alkanon dari isomer fungsinya, yaitu alkanal/aldehid. Simak informasinya

5.      Reaksi oksidasi pada asam alkanoat
Reaksi oksidasi asam alkanoat hanya terjadi pada asam metanoat dan asam 1,2 etanadioat

5. Isomerisasi atau Reaksi Penataan ulang
            Ini adalah proses kimia dimana senyawa menata kembali menjadi bentuk isomernya. Isomer adalah senyawa dengan berat molekul dan komposisi yang sama tetapi berbeda dalam struktur dan konfigurasi mereka.
penataan ulang siklopropana
siklopropana isomerisasi
Di sini, siklopropana menata kembali ke propena. 2-butena adalah alkena dengan empat atom C yang ada sebagai dua isomer geometri masing-masing trans-2-butena dan cis-2-butena. Karena perbedaan ini, sifat kimia dan fisika berubah. Reaksi Pericyclic juga merupakan jenis reaksi penataan ulang.

6. Reaksi polimerisasi

Reaksi polimerisasi melibatkan penggabungan molekul-molekul kecil yang disebut monomer menjadi suatu molekul rantai panjang atau yang disebut polimer.

Reaksi polimerisasi dapat dibedakan menjadi 2:

·         Polimerisasi adisi: monomer-monomer bergabung membentuk suatu polimer
Monomer + monomer + monomer + . . . –> polimer
Beberapa monomer yang mengalami polimerisasi adisi dapat dilihat pada tabel berikut.
·         Polimerisasi kondensasi: monomer-monomer bergabung membentuk polimer dengan melepas molekul kecil seperti H2O dan HCl
Monomer + monomer + monomer + . . . –> polimer + molekul kecil
Beberapa monomer yang mengalami polimerisasi kondensasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Keterangan:

1.      PET : suatu poliester yang secara teoritis dapat dibuat dari pencampuran asam flatat (asam karboksilat) dan etilen glikol (alkohol). 
2.      Nilon 6,6 : merupakan poliamida dengan gugus – CON – yang terbentuk dari polimerisasi 1,6-diaminoheksana dan asam 1,6-heksadioat. 
3.      Bakelit : polimer yang terbentuk dari polimerisasi metanal dan fenol.
4.      Perspex : secara teoritis perspex terbentuk dari polimerisasi propanon (keton) dan metanal (aldehid)

2.3 Hubungan antara Ikatan Kovalen  dan Ilmu Farmasi

            Ikatan kimia sangat pening peranannya dalam ilmu farmasi karena dengan setiap obat-obat yang dibuat baik itu dari bahan alam maupun sintesis mengandung suatu zat (senyawa) kimia dimana termasuk dalam senyawa organic maupun anorganik. Di bagian ini akan dibahas manfaat mempelajari ikatan kimia khususnya ikatan kovalen dalam korelasinya dengan ilmu farmasi yakni
            “Ikatan Kimia Pada Interaksi Obat Dengan Reseptor”
            Respon biologis merupakan akibat interaksi molekul obat dengan gugus fungsional molekul reseptor. Interaksi ini dapat berlangsung karena kekuatan ikatan kimia tertentu. Tipe ikatan kimia yang terlibat dalam  interaksi obat reseptor antara lain adalah ikatan- ikatan kovalen, ion-ion yang saling memperkuat (reinforce ions), ion (elektrostatik), hidrogen, ion- dipol,dipol- dipol, van der waal’s, ikatan hidrofob, dan transfer  muatan.
            Pada umumnya ikatan obat reseptor bersifat reversible sehingga obat segera meninggalkan reseptor bila kadar obat dalam cairan  luar sel menurun. Untuk ini ikatan yang terlibat dalam  interaksi obat-reseptor harus relatif  lemah  tetapi masih cukup kuat untuk berkompetisi dengan lain-lain ikatan dengan tempat kehilangan . Pada interaksi obat dengan  reseptor, senyawa dapat menggabungkan beberapa ikatan yang lemah, seperti ikatan hidrogen, ion, ion-dipol, dipol-dipol, transfer  muatan, hidrofob, dan ikatan van der Wall’s, sehingga secara total menghasilkan ikatan yang cukup kuat dan stabil.
            Untuk suatu tujuan tertentu, misalnya  diinginkan efek berlangsung lama dan  ireversibel, seperti pada obat antibakteri dan antikanker, diperlukan ikatan yang lebih kuat yaitu ikatan kovalen. Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat berubah akibat adanya obat lain, makanan atau minuman.

            Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang memang dikehendaki atau efek yang tidak dikehendaki yang lazimnya menyebabkan efek samping obat atau toksisitas karena meningkatnya kadar obat didalam plasma, atau sebaliknya menurunnya kadar obat dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal

            Interaksi obat- reseptor
            Tipe ikatan kimia yang terlibat dalam interaksi obat reseptor antara lain adalah ikatan kovalen, ikatan ion-ion (reinforce ions), ikatan ion (elektrostatik), ikatan hidrogen, ikatan ion-dipol, ikatan dipol-dipol, ikatan van der waal’s, ikatan  hidrofob dan transfer muatan. Dalam bagian ini penulis lebih mengkhususkan pada ikatan kovalen
            Ikatan  kovalen terbentuk bila ada dua atom saling menggunakan sepasang elektron secara bersama-  sama. Ikatan ini merupakan ikatan yang paling kuat dengan rata rata kekuatan ikatan 100 kkal/mol. Pada suhu normal ikatan bersifat ireversibel dan hanya dapat pecah bila ada pengaruh katalisator enzim tertentu. Umumnya ikatan ini digunakan untuk tujuan terapi tertentu.





            Contoh Obat yang mekanisme kerjanya melibatkan ikatan kovalen

1.      Turunan Nitrogen Mustar
       Turunan ini merupakan senyawa pengalkilasi yang pada umumnya digunakan sebagai obat antikanker. Contoh obat: mekloretamin, siklofosfamid,klorambusil dan tiotepa. Adapun mekanisme kerja obat turunan nitrogen mustar  yaitu senyawa melepaskan ion Cl- membentuk kation antara yang tidak stabil yaitu ion etilen imonium, diikuti pemecahan cincin membentuk ion karbonium yang bersifat reaktif.

Ion ini dapat bereaksi melalui reaksi alkilasi dengan gugus-gugus donor elektron, seperti gugus-gugus karboksilat, fosfat dan sulfhidril pada struktur asam amino, asam nukleat dan protein yang sangat dibutuhkan untuk proses biosintesis sel. Akibatnya pembentukan sel menjadi terganggu dan pertumbuhan sel kanker dihambat.
Contoh : mekloretamin, siklofosfamid, klorambusil, & tiotepa

2.      Turunan antibiotika beta laktam
Turunan ini seperti obat golongan penisilin dan sefalosporin yang mengandung cincin beta lactam  yang merupakan senyawa pengasilasi kuat dan mempunyai kespesifikan tinggi terhadap gugus amino serin dari enzim transpeptidase yaitu enzim yang mengkatalisis tahap akhir sintesis dinding sel. Reaksi asilasi ini menyebabkan kekuatan dinding sel bakteri menjadi lemah dan mudah terjasi lisis sehingga bakteri mengalami kematian.

3.      Senyawa organofosfat
Senyawa organofosfat suatu insektisida dapat berinteraksi dengan gugus serin yang merupakan bagian fungsional dari sisi aktif enzim asetilkolinesterase.Sehingga dapat menyebabkan penumpukann asetilkolin yang bersifat toksik pada serangga.
           Diisopropilfluorofosfat (DFP) bersifat toksik dan dapat berinteraksi dengan enzim asetilkolinesterase, baik pada manusia maupun serangga, sehingga jarang digunakan sebagai insektisida. Namun DFP masih banyak digunakan sebagai miotik dengan masa kerja yang panjang untuk pengobatan glaucoma. Sedangkan malation bersifat sangat khas terhadap enzim asetilkolinesterease serangga, sehingga banyak digunakan dalam bidang pertanian sebagai insektisida.

4.      Senyawa asam organik dan Hg organik
Turunan As-organik yang digunakan sebagai antibakteri, seperti salvarsan dan karbarsan, dan turunan Hg-organik, seperti merkaptomerin dan klormerodrin. Obat diuretik, dapat mengikat gugus sulfhidril dari enzim atau sisi reseptor, membentuk ikatan kovalen, dan menghasilkan hambatan yang bersifat ireversibel sehingga enzim tidak dapat bekerja normal.

5.      Senyawa etakrinat
Asam etakrinat merupakan senyawa diuretik, strukturnya mengandung gugus α, β-keton tidak jenuh, dapat membentuk ikatan  kovalen dengan gugus SH dari enzim yang bertanggung jawab terhadap produksi energi yang diperlukan untuk penyerapan kembali ion Na+ ditubulus renalis. Ion Na+ yang tidak diserap kembali, kemudian dikeluarkan dengan diikuti sejumlah air sehingga terjadi efek diuresus.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

                  Ikatan kimia adalah kekuatan menarik yang mampu menahan atau mengikat 2 atom secara bersama-sama. Electron-elektron valensi mengambil peranan ini. Ikatan kimia adalah kekuatan menarik yang mampu menahan atau mengikat 2 atom secara bersama-sama. Electron-elektron valensi mengambil peranan ini. Ikatan kimia dibagi dalam beberapa jenis yakni ikatan ionik, ikatan hidrogen, ikatan kovalen. Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat hasil dari penggunaan elektron yang bersama-sama antra 2 atom dengan penerimaan dan pemberian elektron. Ikatan kovalen berdasarkan penggunaan elektron dibagi menjadi ikatan kovalen tnggal, ikatan kovalen rangkap dua, ikatan kovalen rangkap tiga. berdasarkan sifat kepolarannya ikatan kovalen dibagia menjadi ikatan kovalen polar, ikatan kovalen non polar, ikatan kovalen koordinat (semi polar).
                  Dalam mempelajari ikatan kovalen, didalamnya terdapat berbagai reaksi kimia yang diartikan sebagai transformasi/perubahan dalam struktur molekul atau perubahan ireversibel dalam komposisi awal zat untuk membentuk produk kimia yang sama sekali berbeda. Reaksi kimia secara umum dibedakan menjadi reaksi sintesis, reaksi dekomposisi, reaksi pergantian tunggal, reaksi pergantian ganda, reaki redoks, reaksi netralisasi , reaksi presipitasi, reaksi pada zat padat, reaksi fitokimia dan reaksi pembakaran. Dalam kimia organik,reaksi-reaksi yang terjadi dibedakan menjadi reaksi subsitusi (subsitusi nukleofilik, subsitusi elektrofilik), reaksi adisi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi, reaksi polimerasi, reaksi isomerisasi.
            Ikatan kimia sangat pening peranannya dalam ilmu farmasi karena dengan mempelajari tentang ilmu ini kita dapat menganalisis suatu senyawa dapat digunakan sebagai obat. Selin itu ikatan kimia secara khusus dipelajari dalam materi mengenai Ikatan Kimia Pada Interaksi Obat Dengan Reseptor dimana ikatan kimia khususnya ikatan kovalen sangat berperan penting khususnya pada obat-obat anti kanker dan anti bakteri karena efek yang dihasilkan berlangsung lama dan  ireversibel. Beberapa contoh obat yang cara kerjanya melibatkan ikatan kovalen adalah Turunan Nitrogen Mustar, Turunan antibiotika beta laktam, Senyawa organofosfat, Senyawa asam organik dan Hg organik, Senyawa etakrinat.

3.2   Saran
                        Dalam mempelajari materi kimia mengenai ikatan kimia dan reaksi kimia, sebaiknya harus dipahami dengan baik dan benar bukan  untuk dihafal karena berbagai reaksi kimia berbeda satu dengan yang lainnya secara spesifik, dengan berbagai proses dan hasil reaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam mempelajari materi ini mahasiswa harus mempelajarinya dengan serius dan sungguh-sungguh agar bisa memahami materi ini.







Daftar Pustaka

Bresnick, Stephen. 2003. Intisari Kimia Organik. Penerbit Hipokrates : Jakarta
                 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang       Ilmu farmasi adalah suatu disiplin ilmu kesehatan yang memepelajari tentang bagaimana cara membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Dalam ilmu farmasi kita juga mempelajari sedian-sedian obat baik itu dalam bentuk pulvis, pulveres, kaspul, tablet, kaplet,galenika,salep dan lainnya. Setiap sediaan itu memiliki ciri khas tersendiri baik itu cara pembuatan, cara penyimpanan, dan lain sebagainya. Salah satu contoh sediaan farmasi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sediaan galenika. Sediaan galenik adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku dari hewan atau tumbuh-tumbuhan yang disari. Zat-zat yang tersari terdapat dalam sel-sel  bagian tumbuh-tumbuhan yang umumnya  dalam keadaan kering.       Dalam dunia masa kini , kesehatan menjadi hal utama yang sangat diperhat

Artikel Fitokimia

MASERASI Maserasi adalah sediaan cair yg dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air/ pelarut non polar atau setengah air, misalnya etanol encer selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (FI Ed IV 1995). Keuntungan : 1. Unit alat yg dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam 2. Biaya operasionalnya relatif rendah 3. Tanpa pemanasan Kerugian : 1.Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi 50% saja 2.Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari Prinsip maserasi : Ekstraksi zat aktif yg dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yg sesuai selama beberapa hari pada suhu kamar, terlindungi dari cahaya, pelarut akan masuk kedalam sel tanaman melalui dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dan di luar sel. Larutan yg konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh